Kamis, 02 Februari 2012

UN-phobia Menjelang Ujian Nasional

Mungkin agak berlebihan jika saya katakan "UN-phobia", karena "phobia" merupakan rasa ketakutan yang berlebihan akan sesuatu hal atau fenomena. Namun, bagi saya kata tersebut tepat untuk memberikan gambaran fenomena menjelang Ujian Nasional. UN-phobia seperti penyakit tahunan yang menyerang para pelajar khususnya pelajar yang dalam waktu tidak lama lagi menghadapi ujian nasional. 

Saya berpendapat seperti ini, karena dua alasan. Pertama, saya pernah mengalami masa-masa menjadi pelajar yang akan menghadapi ujian nasional. Kedua, melihat kehebohan di media ataupun pengamatan langsung mengenai detik-detik menjelang ujian nasional. 

Penyebab UN-phobia 

Ketakutan akan sesuatu hal biasanya terjadi karena ada rasa trauma atau lemahnya mental dalam menghadap hal tersebut. Bayang-bayang ketakutan pun banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal. Dalam hal ini, Ujian Nasional menjadi sebuah fenomena yang dianggap oleh sebagai pelajar adalah sesuatu yang "horor". Berikut ini beberapa penyebab rasa ketakutan berlebih terhadap Ujian Nasional (UN-phobia) : 

Pertama, adanya perasaan tidak siap. Perasaan seperti ini menimbulkan lemahnya mental dan menurunkan rasa percaaya diri menghadapi ujian nasional. Hal ini sering terjadi dikalangan pelajar padahal, intensitas belajar sudah lebih ekstra dan banyaknya tambahan-tamabahan pelajaran baik di sekolah ataupun bimbingan belajar. Bagi saya, kurang apa lagi? Ketika saya masih kelas XII (kelas 3 SMA), banyak diantara teman-teman saya sangat "getol" belajar hanya untuk menghadapi Ujian Nasional. Ikut bimbel sana-sini, Sehari-hari hanya habis untuk latihan soal-soal persiapan Ujian Nasional. 

Apakah salah? Tentu tidak. Bagi saya sikap tersebut tidaklah salah, dan itu merupakan pilihan bagi individu yang akan menghadapi UN. Namun, yang menjadi masalah adalah, mengapa harus takut menghadapi UN padahal persiapan sudah begitu ekstra. Jawaban yang tepat adalah, karena adanya perasaan tidak siap. Akhirnya, perasaan ini menjatuhkan mental dan menurunkan rasa percaya diri. Ini patut diwaspadai. Jika perasaan tidak siap ini terus kali disimpan, kemungkinan gagal ujian nasional akan lebih besar. 

Kedua, sosialisasi "UN horor" dari pihak eksternal. Sosialisasi merupakan suatu proses dimana orientasi sikap dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok. Bagi saya, fenomena "UN horor" seringkali menjadi sesuatu hal yang berlebihan. Mulai dari faktor gagal UN tidak lulus, Sikap sekolah yang menurut saya agak berlebihan dalam menyiapkan siswa-siswinya untuk menghadapi UN, berita-berita menyeramkan bagi mereka yang gagal UN, dan berbagai faktor pengaruh eksternal. Benarkah seperti itu? Mungkin iya, mungkin tidak. Kita lihat dari faktor gagal UN tidak lulus. 

Iya, ini benar. Tapi mungkin pengaruh ini sudah agak berkurang sejak diumumkan bahwa faktor UN sebagai penentu kelulusan adalah 60%, sisanya ditentukan oleh sekolah. Karena hal ini pula, yang menyebabkan meningkatnya intensitas kelulusan siswa SMA. Faktor eksternal lain adalah sikap berlebihan sekolah yang men-sosialisasikan UN terhadap siswanya. Hal ini dapat dilihat dari ditingkatkannya intensitas latihan soal-soal UN, Tryout UN yang berkali-kali, pernyataan berlebihan seputar UN, dll. 

Hal ini pun saya rasakan sendiri, ketika saya SMA dan akan menghadapi UN. Tryout dari sekolah dapat saya katakan sangat banyak ditambah tryout dari bimbel-bimbel luar mitra sekolah. Menurut saya, tentu ini sebuah kesalahan besar. 

Mengapa? pertama, karena dari sekian banyak Tryout justru menjatuhkan mental siswa. Lho kok begitu? karena kebanyakan tryout yang dihadapi siswa seringkali tidak sesuai harapan sehingga timbul perasaan tidak siap menghadapi UN. Namun, kedudukan tryout tetaplah penting karena dari sana siswa mendapatkan gambaran soal dan evaluasi kesalahan-kesalahan. Yang saya permasalahkan ini hanyalah sikap berlebihannya saja. 

Kedua, karena sikap berlebihan inilah yang menyebabkan hilangnya nilai-nilai pendidikan yang seharusnya ditanamkan dalam jiwa seorang pelajar. Sekolah sebagai institusi pendidikan seharusnya memberikan pendidikan yang layak sehingga membentuk karakter pelajar yang hakiki. Bahkan, karena sikap berlebihan inilah (entah alasan lain), nilai-nilai keburukan tersosialisasikan terhadap pelajar. 

Mengapa? karena banyak nilai ketidakjujuran bertebaran. Mulai dari guru-guru yang karena mengharapkan siswanya lulus, memerintahkan untuk kerjasama, saling menyontek hingga bocoran-bocoran soal gentayangan. Apakah pantas sekolah seperti ini? Tegas saya katakan TIDAK!!. Kebodohan yang besar membenarkan untuk saling menyontek dengan alasan kelulusan, solidaritas, dan masa depan. 

Solusi menghilangkan UN-phobia 

Pertama, jangan berlebihan menilai Ujian Nasional. Sebetulnya UN itu seperti ujian-ujian pada umumnya. Hanya saja bahan yang diujikan pada UN bersifat keseluruhan sedangkan ujian-ujian lain disekolah seperti ulangan bersifat parsial (sebagian). Sikap tidak berlebihan ini dapat mengurangi UN-phobia. Artinya, kita tetap menyiapkan UN sebagaimana mestinya, tetapi tidak berlebihan yang justru menyebabkan jatuhnya mental dan hilangnya percaya diri. 

Kedua, Jangan menjadikan UN sebagai pijakan cita-cita. Fenomena ini seringkali terjadi, manakala banyak diantara para siswa yang takut gagal ujian nasional dan menyebabkan hilangnya harapan meraih cita-cita. Ujian Nasional seringkali dijadikan satu-satunya jembatan penghubung harapan. Memang betul, gagal UN tentunya sangat malu. Malu terhadap teman, sahabat, keluarga, masyarakat. Tetapi, sikap ini sangatlah tidak dewasa karena jalan menuju kesuksesan itu sangatlah banyak. Bukankah banyak dari orang-orang sukses di dunia ini mereka berawal dari sebuah kegagalan? 

Ketiga, perbanyak doa dan usaha. Berdoa menjadi senjata ampuh untuk menghilangkan UN-phobia. Doa adalah ibadah yang langsung dicurahkan kepada Tuhan. Tuhan Yang Maha Mendengar akan mendengar setiap doa-doa yang kita panjatkan. Dan tentunya sangatlah mudah bagi Tuhan untuk mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Selain doa, usaha yang maksimal. Usaha yang maksimal dan tetap tenang serta percaya diri dapat menghilangkan UN-phobia.

0 comments:

Posting Komentar