Senin, 27 Agustus 2018

Kopi dan Lamunan

Sore hari adalah waktu yang paling menyenangkan untuk menyeruput kopi. Komposisi gula yang sedikit, ditambah dengan rasa pahit dari kopi membuat lamunan menjadi terasa lebih nikmat. Lho kok melamun? dasar pengangguran! Memangnya kau tidak punya tujuan hidup ya?!

Aku tertegun. Tapi memang kenyataannya kopi dan lamunan adalah kombinasi yang pas. Arti pahitnya kopi tidak akan dapat kau rasakan manakala kau minum secara terburu-buru. Ia harus dilakukan bersama dengan aktivitas relaksasi seperti, ya, kira-kira melamun. Melamun tidak selalu buruk. Tatapan kosong tidak serta-merta membuatmu kesurupan. Melamun adalah seni yang tidak semua orang memahaminya. Bagiku, melamun adalah salah satu cara untuk melihat makna di balik peristiwa secara lebih mendalam. Kerja-kerja para pemikir ulung dimulai dari aktivitas melamun. Karena biasanya, dalam melamun engkau bisa mempertanyakan hal-hal yang sangat sederhana sekali pun. Seperti: mengapa aku harus hidup? atau, mengapa orang lain lebih mementingkan ego sendiri, dibanding memperhatikan kondisi teman bajingannya seperti aku?

Apakah pertanyaan filosofis akan terlintas dalam pikiran makhluk-makhluk egois yang hanya mementingkan diri sendiri? Jawabannya tidak. Mereka tidak akan pernah memikirkan hal itu. Mereka hanya sibuk pada pencapaian pribadi. Mempedulikan teman bajingan seperti diriku tidak akan meningkatkan prestasi apa-apa bagi dirinya. Bagi mereka, kepedulian harus dapat menambah deretan panjang prestasi di Curriculum Vitae, atau bisa dibagikan ke media sosial bajingan seperti Facebook dan Instagram dengan bumbu berupa caption bijak. Kepuasan mereka akan bertambah manakala mendapatkan jumlah like yang banyak.

Mereka memang tengik! Tapi tetap saja aku lebih tengik dari mereka. Karena aku hanya melamun sembari minum kopi. Yang pasti, tak ada prestasi apa pun yang aku raih.

Aku lihat bajingan tengik yang sok sibuk itu tak ada bedanya dengan elit politik sialan di negeri ini. Para elit itu hanya menginginkan suara, alih-alih membela rakyat kecil. Apalah artinya rakyat kecil buat mereka? Toh yang penting statistik kemiskinan menurun, infrastruktur dibangun, meskipun merampas tanah rakyat kecil yang telah mereka ambil suaranya. Lalu dengan bangga mengatakan: pemerintahanku telah sukses, semua rakyat harus tahu ini!

Cuih! elit politik bajingan. Sekarang engkau memanfaatkan agama sebagai alat penyedot suara yang lebih besar. Kenyataannya, yang miskin tetap miskin, dan yang kaya semakin kaya.

Mereka yang sok sibuk ini tak ayal seperti para elit politik sialan itu. Karena mereka hanya mengejar ambisi pribadi dengan sok mengatakan: aku akan berbuat hal besar untuk bangsaku! Memangnya kau siapa? Paling, kenyataannya engkau hanya ingin hidupmu dianggap bermakna. Agar engkau dikenang banyak orang. Agar engkau dianggap orang hebat. Mana pernah engkau memperhatikan temanmu yang kerjanya hanya ngopi dan melamun.

Ah, tapi aku tetaplah lebih bangsat dari mereka. Karena kerjaku hanya minum kopi dan melamun. Kebangsatan dalam diriku bertambah manakala menganggap mereka adalah bajingan-bajingan, yang padahal diriku juga bajingan.

Sial, memang betul-betul bajingan! Sudahlah, aku akan melanjutkan kopiku yang tinggal setengah gelas, dan lamunan-lamunan sialan yang tidak ada ujungnya.

0 comments:

Posting Komentar