Nama gue Grady. Please read nama gue with letter "e" (Read:
Gredy), bukan "a" (Read: Grady). See? Nama gue ada unsur
english-english-nya. Ketika elo dengar nama gue, you will remember some Western
actors like Kevin O'Grady atau Mike Grady. Dan elo jangan plesetkan nama gue
with something weird: Greedy (with double "e"). In English, you know
lah artinya apa. Dan gue sama sekali gak suka plesetan kayak gitu. It makes me
annoyed.
Begini boy. Belum lama ini gue baru pulang dari Imperial College, London, after
finished my master's degree. As you know, gue udah susah payah biar bisa lulus
dari kampus itu. Dan gue sudah membuktikan bahwa Indonesian Boy like me juga
bisa lulus dari kampus itu dengan predikat Cum Laude. Surely, gue sangat
bangga. Dan gue juga beruntung karena selama di sana, gue bisa go around Europe
gitu deh. Ini adalah sebuah prestige buat gue.
Also, sekarang gue tinggal di Bintaro, sebuah tempat di bilangan Jakarta
Selatan. One of place di mana kalangan kelas menengah atas tinggal dan punya
rumah di sini. Sedangkan for daily activities, gue ngantor di Kemang. You know
Kemang crowded-nya kayak apa. But gue tetap menikmati itu, karena gue always
memegang teguh prinsip sebagai seorang hard worker. Actually, gue memang banyak
terpengaruh dari orang-orang Europe yang produktif. Dan gue malu kalau
membiarkan diri gue harus menjadi lazy people saat nyampe di Indonesia.
Tapi gue merasa ada yang salah with my country. Men, padahal gue di
Jakarta, which is Ibukota negara. What happened to this city? Gue lihat
pedagang pada sembarang jualan di pinggir jalan. Sepeda motor secara
sembarangan naik ke trotoar. Shit, emangya mereka gak tahu apa itu trotoar buat
pedestrian. Yang gue bingung juga, dan always ada di pikiran gue, kenapa ya
para pengendara di Jakarta can't be orderly. Elo bayangin aja, lampu merah
diterabas, zebra cross dihajar juga. So, the question is, how the pedestrian
bisa menyebrang kalo zebra cross-nya diterabas juga? Terus gue lihat the people
in Jakarta kebanyakan juga bener-bener pada gak bisa bersih. Buang sampah
sembarangan. Oh God, what happened to you guys?
Ya gak usah jauh-jauh lah banding-bandingin sama Europe or Japan. Tetangga
kita di Spore (Singapura) aja people-nya bisa tertib di jalan. Beberapa kali
gue ke sana, I never seen somethings like people do in Jakarta. Yaa paling
hanya beberapa spot aja sih yang sedikit jorok. Cuma overall orang-orangnya
pada tertib dan rapih. Gak ada tuh ceritanya the people berhentiin bus di
pinggir jalan selain di halte. Ya memang they can't do it sih, karena ada
dendanya. Dan itu tegas banget rules-nya.
Terus gue juga pernah ke Jepang. Kebetulan untuk urusan conference dan itu
dalam beberapa kali gue bolak-balik ke sana. Guys, di sana ternyata orangnya pada
tahu malu. Gue pernah baca local newspaper di sana, ada seorang minister yang
mengundurkan diri hanya karena failed untuk urusan yang menurut kacamata kita
sepele. And in this place, our officers justru pada gak tahu malu guys. Mereka
korupsi but masih bisa senyum in front of camera. What happened with our
country, bray?
Yes, tapi gue bersyukur sebagai orang Bintaro dan kerja di Kemang.
Setidaknya view menyebalkan kota Jakarta jarang gue lihat, except ketika gue
pergi atau pulang ngantor. Dan I'm happy because di dekat kantor gue ada cafe
yang worthed banget. Tempatnya asik, makanannya enak, apalagi hot cappucino-nya
yang taste-nya pas lah buat nenangin pikiran orang yang banyak activities kayak
gue. Which means, gue betah nongkrong lama-lama di sana.
Yang juga buat gue happy saat gue back to Jakarta adalah bisa ketemu my
sweety. Pacar gue gitu deh. Kebetulan gue udah miss her so much karena gue udah
ninggalin dia ke UK (attention! Please read: “Yu” and “Ke”) begitu aja. But she
still loves me. Ini yang membuat gue juga gak bisa semena-mena ninggalin dia.
Sesibuk-sibuknya gue di kantor, gue selalu menyempatkan waktu to be with her.
Dan thanks God, doi gak pernah negative thinking sama gue.
O ya, kenapa ya sekarang cara ngomong kayak gue jadi bahan lucu-lucuan? Dan
yang gue makin confuse adalah kenapa stereotype ini melekat di anak JakSel
seperti gue ini. Apa yang salah dengan ini semua? Honestly, gue gak suka lho
kalian singgung-singgung. Or maybe elo semua ngiri sama gue yang kaya. Guys,
you have to know! Gue kaya karena gue kerja keras, and you kismin karena elo
bermalas-malasan. Ini hasil jerih payah gue. Suka-suka gue dong gue mau
ngapa-ngapain. Huh!
So, kalo gue anak JakSel, emangnya masalah buat elo?
*Catatan: Cerita di atas hanyalah
fiksi belaka. Nama Penulis yang kebetulan sama dengan tokoh di atas sesungguhnya bukan anak JakSel dan tidak kerja di Kemang. Grady Nagara saat ini
tinggal di bilangan kabupaten Bogor dan hanya jadi karyawan biasa di daerah
dekat Cikini. KRL adalah moda transportasi andalannya. Hehe.
0 comments:
Posting Komentar