Kamis, 27 Juni 2019

Pekerjaan Impian

Dulu waktu kuliah, saya pernah membayangkan bahwa kerja kantoran itu menyenangkan. Duduk di ruangan ber-AC, berpakaian rapih dan keren, memiliki jam kerja pasti, dan tentu saja mendapat gaji yang lumayan.

Tidak lama setelah lulus, model pekerjaan seperti itu akhirnya bisa saya dapatkan, setidaknya untuk tiga kriteria yang pertama: duduk di ruangan ber-AC, berpakaian rapih, dan memiliki jam kerja pasti. Untuk gaji? Eits nanti dulu, karena gaji yang didapat juga sebetulnya standar-standar saja untuk ukuran hidup di Jakarta. Meski gaji yang didapat lebih sedikit dari UMP DKI, itu sudah cukup untuk menghidupi jomblowan macam saya ini.

Tipe pekerjaan kantoran ini sejujurnya menyenangkan. Memiliki kepastian gaji dan jam kerja membuat hidup saya terasa lebih teratur. Bangun pagi-pagi, bersiap, kemudian berangkat, lalu mengisi presensi di kantor pukul 08.00 dan pulang pukul 16.00. Sesampainya di rumah, badan terasa lelah, sehingga membuat istirahat terasa lebih nikmat. Rutinitas demikian membuat saya lebih mudah untuk mengatur jadwal: hobi, istirahat, dan keperluan lainnya.

Untung saja unit tempat saya bekerja menghadirkan tantangan yang mana setiap karyawan harus mampu berkreasi dalam menghadapi masalah. Di sini, saya mendapat atasan langsung yang sangat ramah dan memberikan ruang inovasi yang besar bagi saya untuk mengembangkan unit. Sepanjang saya bekerja, saya selalu berusaha untuk membuktikan itu.

Sekarang pekerjaan yang pernah saya impikan saat kuliah tidak lagi menjadi impian. Di sini, saya sudah merasa bahwa karier saya akan stagnan. Semua inovasi dan pengabdian penuh telah saya berikan. Ini waktunya saya untuk mencari peluang lain untuk berkembang.

Ya, pada akhirnya saya berpikir bahwa pekerjaan impian adalah soal ruang berkembang. Tapi sayangnya kita akan kesulitan untuk bisa mendapatkan pekerjan yang bisa memberikan kita ruang berkembang, terutama sejalan dengan passion.

Waktu saya lulus dulu, saya mengirimkan lamaran ke lembaga riset politik dan isu sosial, dan sangat yakin bahwa saya pasti bisa diterima. Latar belakang pendidikan saya ilmu politik, saya merasa memiliki kemampuan analisis yang baik, dan track record organisasi kampus yang mentereng. Mungkin bukan rezekinya, saya tidak diterima di semua lembaga yang saya apply.

Karena desakan kebutuhan finansial, saya pun terpaksa mengambil pekerjaan yang tidak terlalu sejalan dengan keinginan saya. So far tidak buruk-buruk amat kok buat saya. Malah saya mendapatkan pengalaman berharga, dan tentunya pengetahuan yang semakin bertambah. Well, saya sangat mensyukuri hal itu.

0 comments:

Posting Komentar